Hadits
عَنْ
أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ مَا
تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ (رواه البخاري و مسلم)
Dari
Usmah bin Zaid dari Nabi Saw yang bersabda : “Sepeninggalanku nanti, tidak ada
fitnah yang lebih berbahaya dibandingkan fitnah perempuan bagi laki-laki.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
عَنْ
أَبِي سَعِيْدٍ اْلحُدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَ إِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ
فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ فَاتَّقُوْا الدُّنْيَا وَ اتَّقُوْا
النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ (رواه مسلم)
Diriwayatkan
dari Abu Sa’id al-Khudry, dari Nabi Saw yang bersabda : “Sesungguhnya dunia ini
manis dan hijau. Allah telah menjadikan kalian khalifah-Nya di sana dan melihat
apa yang kalian kerjakan. Karena itu, waspadalah kalian terhadap dunia dan
waspadai pula perempuan karena fitnah pertama yang melanda Bani Israil adalah
perempuan.”
Syarah
Dalam QS. Ali ‘Imran ayat 14, Allah
SWT berfirma : “Dihiaskan kepada manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang
diingini), yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik
(surga).”
Ketika mengomentari ayat ini, Abul
Fida’ Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir, seorang ulama ahli tafsir terkenal
yang menulis kitab Tafsir Ibnu Katsir berkata bahwa rahasia dari
didahulukannya “perempuan” (lawan jenis) dalam ayat di atas adalah karena
fitnah (cobaan) yang mereka timbulkan jauh lebih hebat dari pada fitnah yang
ditimbulkan anak-anak dan harta. Hal ini senada dengan nasehat Rasulullah saw
dalam kedua hadits di atas.
Sayangnya, apa yang dikhawatirkan
oleh Nabi saw memang kemudian terbukti. Sepeninggalannya, fitnah yang berupa
ketertarikan terhadap lawan jenis yang ujung-ujungnya adalah pelampiasan hasrat
dan syahwat seksual memang menjadi cobaan yang paling banyak mengantarkan
manusia ke lembah kenistaan dan dosa. Apalagi di era sekarang, di mana
keterbukaan didengung-dengungkan yang akhirnya membawa hal-hal yang bersifat
privat ke ranah public, hal-hal yang tabu menjadi obrolan, dan hal-hal yang
seharusnya ditutupi justru dibuka dan disebarkan. Kemajuan teknologi informasi,
propaganda life-style, tuntutan ekonomi, maupun ketercerabutan
budayaketimuran, ikut mendukung semakin bergejolaknya fitnah yang berupa ketertarikan
terhadap lawan jenis.
Dahulu, katakanlah pada era 80-an
yang namanya pacaran masih sangat asing dan tabu. Paling tidak, dua orang
sejoli yang saling jatuh cinta berpapasan tanpa sengaja di tengah jalan,
malu-malu saling pandang, lalu tersipu dan segera pulang. Namun keadaan seperti
ini mungkin sudah jarang kita temukan sekarang. Sebaliknya, yang kita dapati
adalah dua sejoli yang nongkrong di tempat gelap, berbisik-bisik penuh
keintiman, sambil peluk-pelukan, berciuman, bahkan mungkin saling meraba badan.
Atau minimal apel malam minggu dan ngobrol berjam-jam hingga larut malam.
Sebelum kemajuan teknologi yang
begitu pesat, sangat wajar ketika seorang bujangan atau perawan tidak memiliki
kekasih. Sekarang? Semua orang tau bahwa yang namanya pemuda ataupun pemudi
yang tidak punya pacar akan menanggung malu karena pengaruh media dan
propaganda budaya yang memojokkan para jomblo. Tak mengherankan jika
para ABG pun berlomba-lomba mencari pacar, kecuali sedikit di antara mereka
yang masih memiliki prinsip dan keimanan yang kuat. Dan alangkah beruntungnya
mereka yang termasuk ke dalam golongan yang terakhir ini. Mereka adalah
orang-orang yang mendapatkan hidayah dari Allah. Oaring-orang yang memegang
prinsip dan tak peduli terhadap celaan orang lain. Mereka tidak mau larut dalam
pusaran zaman yang demikian gencar. Meski cobaan dan cacian membuatnya terhina
di hadapan manusia, namun mereka sungguh mulia dalam pandangan Allah.
Semoga kita, anak-anak kita,
saudara-saudara kita dan orang-orang yang kita sayangi dapat terhindar dari
zaman fitnah ini, di mana syahwat sudah menjadi bisnis dan komoditi. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar