Selasa, 06 Mei 2014

Hasrat Seksual Wajib Disalurkan


Hadits

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ التَّبَتُّلِ (رواه النسائي)
            Diriwayatkan dari ‘Aisyah : “Rasulullah saw melarang tabattul.” (HR. an-Nasa’i)

عَنْ سَعْدٍ بْنِ أَبِي وَقَاصٍ يَقُوْلُ رَدَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ التَّبَتُّلَ وَلَوْ أَذِنَ لَهُ لاَخْتَصَيْنَا (رواه البخاري)
            Diriwayatkan dari Sa’id bin Abu Waqqas yang berkata bahwa “Rasulullah saw melarang Utsman bin Mazh’un dari bertabattul. Jikalau Rasulullah mengizinkan, tentu kami mengibiri diri kami.”


Syarah

Rasulullah saw telah memperingatkan umatnya tentang kenistaan dan kehancuran yang ditimbulkan oleh fitnah syahwat. Namun demikian, peringatan Rasulullah itu bukan berarti beliau menganjurkan umatnya untuk membunuh syahwat tersebut. Sebab, bagaimanapun Islam adlah agama yang menghormati keseimbangan fitnah. Islam adalah agama yang mengakui eksistensi manusia apa adanya. Di mana ia bukan malaikat yang tidak memiliki secuil pun nafsu. Allah swt telah menciptakan apa-apa yang ada di dunia ini untuk makhluk-Nya yang paling sempurna itu, termasuk menciptakan nafsu syahwat. Hanya saja, dengan segala apa yang dianugerahkan-Nya itu, Allah ingin menguji hamba-hamba-Nya. Apakah mereka dapat memanfaatkannya untuk tujuan mendekatkan diri kepada-Nya ataukah sebaliknya?

Terkait dengan hal ini, kedua hadits di atas mengingatkan kepada kita bahwa perilaku tabattul juga tidak dianjurkan oleh Rasulullah. Hidup membujang selamanya bukanlah suatu jalan yang tepat untuk menjadi suci dari dosa. Sebaliknya, hidup seperti itu justru sangat berbahaya. Sebab, nafsu yang disimpan tanpa secuil pun diberi kesempatan “mengapresiasikan diri” akan menjadi bara api dalam sekam. Nafsu yang diperlakukan demikian ibarat bom waktu yang menunggu suatu pemantik membuatnya meledak.

Ada suatu agama yang mana pemimpin umatnya didaulat untuk tidak menyentuh perempuan. Atas nama kesucian, mereka dilarang menyalurkan syahwatnya dalam pernikahan. Namun apa yang terjadi? Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pemuka agama mereka dengan diam-diam mengambil jalan belakang. Ada yang terjerumus dalam lembah perzinaan, ada yang mengalami ketertekanan dan keguncangan jiwa berkepanjangan. Di sisi lain, harus diakui bahwa agama-agama yang menganjurkan pemukanya hidup membujang justru menimbulkan perzinaan yang tinggi.

Oleh karena itu, sungguh sangat bijak apa yang digariskan Islam melalui Rasulullah saw tentang larangan hidup membujang (tabattul) ini. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar