Hadits
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ نَهَى
عَنِ التَّبَتُّلِ (رواه النسائي)
Diriwayatkan
dari ‘Aisyah : “Rasulullah saw melarang tabattul.” (HR. an-Nasa’i)
عَنْ
سَعْدٍ بْنِ أَبِي وَقَاصٍ يَقُوْلُ رَدَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ التَّبَتُّلَ وَلَوْ أَذِنَ لَهُ
لاَخْتَصَيْنَا (رواه البخاري)
Diriwayatkan
dari Sa’id bin Abu Waqqas yang berkata bahwa “Rasulullah saw melarang Utsman
bin Mazh’un dari bertabattul. Jikalau Rasulullah mengizinkan, tentu kami
mengibiri diri kami.”
Syarah
Rasulullah saw telah memperingatkan
umatnya tentang kenistaan dan kehancuran yang ditimbulkan oleh fitnah syahwat.
Namun demikian, peringatan Rasulullah itu bukan berarti beliau menganjurkan
umatnya untuk membunuh syahwat tersebut. Sebab, bagaimanapun Islam adlah agama
yang menghormati keseimbangan fitnah. Islam adalah agama yang mengakui
eksistensi manusia apa adanya. Di mana ia bukan malaikat yang tidak memiliki
secuil pun nafsu. Allah swt telah menciptakan apa-apa yang ada di dunia ini
untuk makhluk-Nya yang paling sempurna itu, termasuk menciptakan nafsu syahwat.
Hanya saja, dengan segala apa yang dianugerahkan-Nya itu, Allah ingin menguji
hamba-hamba-Nya. Apakah mereka dapat memanfaatkannya untuk tujuan mendekatkan
diri kepada-Nya ataukah sebaliknya?
Terkait dengan hal ini, kedua hadits
di atas mengingatkan kepada kita bahwa perilaku tabattul juga tidak dianjurkan
oleh Rasulullah. Hidup membujang selamanya bukanlah suatu jalan yang tepat
untuk menjadi suci dari dosa. Sebaliknya, hidup seperti itu justru sangat
berbahaya. Sebab, nafsu yang disimpan tanpa secuil pun diberi kesempatan
“mengapresiasikan diri” akan menjadi bara api dalam sekam. Nafsu yang
diperlakukan demikian ibarat bom waktu yang menunggu suatu pemantik membuatnya
meledak.
Ada suatu agama yang mana pemimpin
umatnya didaulat untuk tidak menyentuh perempuan. Atas nama kesucian, mereka
dilarang menyalurkan syahwatnya dalam pernikahan. Namun apa yang terjadi? Sudah
menjadi rahasia umum bahwa para pemuka agama mereka dengan diam-diam mengambil
jalan belakang. Ada yang terjerumus dalam lembah perzinaan, ada yang mengalami
ketertekanan dan keguncangan jiwa berkepanjangan. Di sisi lain, harus diakui
bahwa agama-agama yang menganjurkan pemukanya hidup membujang justru
menimbulkan perzinaan yang tinggi.
Oleh karena itu, sungguh sangat bijak
apa yang digariskan Islam melalui Rasulullah saw tentang larangan hidup
membujang (tabattul) ini. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar