Minggu, 04 Mei 2014

Puasa dan Ibadah Sosial


Oleh : KH Hasyim Muzadi
            Baginda Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, selalu melakukan persiapan jauh-jauh hari sebelum datang bulan suci Ramadhan. Beliau selalu menunjukkan rasa gembira tiada tara, kerena di bulan mulia itulah umat Islam selalu diberi kesempatan untuk mendapat ridha, pahala, dan barokah-Nya.
            Ramadhan adalah bulan penuh barokah, bulan penuh kasih sayang Allah, bulan penuuh ampunan-Nya, dan bulan ketika Sang Khaliq membuka lebar-lebar pendaftaran bagi hamba-Nya untuk dibebaskan dari siksaan Api Neraka.
            Setelah sebelas bulan lamanya bergelimpang dosa, mengkonsumsi makanan yang kadang syubhat bahkan haram, melihat pemandanganyang kadang dimurkai oleh oleh Allah, mendengar dan melakukan maksiat dan kezaliman. Maka kini tiba saatnya selama satu bulan kita menahan dan membersihkan itu semua.

            Untuk membasuh daki-daki dosa itu, membersihkan sifat angkara murka dan mensucikan kembali jiwa kita, Allah telah memerintahkan para malaikat-Nya untuk mengantarkan “sepotong surga” agar kita dapat membasuh diri, membersihkan jiwa serta mensucikan hati melalui bulan Ramadhan.
            Karena itu, jangan sia-siakan kehadiran bulan Ramadhan ini. Jangan pula menelantarkan hidangan yang tengah disajikan oleh para malaikat-Nya kepada kita.
            Bulan Ramadhan mengajarkan bagaimana kita mengendalikan diri, meluruskan diri dan menjernihkan rohani kita. Semua itu dapat dengan mudah dicapai bila kita secara sadar mampu mengendalikan nafsu, karena salah satu elemen kemanusiaan ini memang diciptakan Allah dengan kehendak tak tarbatas.
Nafsu selalu cenderung kepada hal-hal negative (an-nafsu amaaroh bis suu’) dan untuk menundukkannya kita harus bias memberikan jalan dan ruang yang jelas agar nafsu dapat dimanfaatkaan dengan benar. Inilah sebenarnya barometer paing nyata yang diberikan Allah untuk dapat mengukur kehambaan kita kepada-Nya.
Jika seorang hamba mampu mengendalikan nafsu dan memanfaatkannya dengan baik, maka nafsu (an-nafsu lawwamah) akan sangat membantu membangunkan stimulus dalam diri kita agar selal menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah. Kalau bias, malah meletakkan kehendak Allah di atas kehendak kita.
Bulan Ramadhan hendaknya menjadikan diri kita lebih peduli dengan sekeliling kita. Ibadah puasa di bulan Ramadhan sebenarnya tak hanya bermakna untuk individu, tapi juga untuk kehidupan social kita. Karena itu, mereka yang berpuasa dianjurkan untuk selalu melakukan banyak kebajikan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat.
Yang ingin kita kembangkan ke ddepan, terutama pada momen puasa Ramadhan adalah bahwa kita tak bias menghindari hidup dalam masyarakat yang pluralis atau majemuk dengan berbagai keyakinan agama. Karena itu, berbuat kebajikan atau amal social antara umat beragama tampaknya menjadi hal yang perlu diintensifkan.
Islam sendiri menjujung toleransi antar umat beragama, menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Bahkan dalam al-Qur’an Allah mewajibkan puasa Ramadhan dengan menjelaskan bahwa puasa itu juga telah dilakukan kaum atau umat beragama lain sebelum islam.
Banyak hal yang bias diperbuat di negeri ini dengan mengembangkan kerja sama dan koordinasi untuk penegakan amal social dan proyek-proyek kemanusiaan. Proses pemberdayaan masyarakat yang nuansanya untuk pemberdayaan kemiskinan dan pengangguran tampaknya perlu kita tingkatkan. Namun dengan catatan, janganlah proyek seperti ini diarahkan untuk kembali membenturkan keyakinan antar umat beraganma, atau untuk mengajak orang masuk ke agama lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar